Iklan

Waraqa bin Naufal, seorang beragama Kristen yang seorang keponakan Khadijah, jelas mengingatkan kepada kabar gaib dalam Kitab Ulangan 18:18. Ketika kabar itu sampai kepada Zaid, budak Rasulullah saw. yang telah dimerdekakan (ia pada saat itu berusia tiga puluh tahun) dan kepada adik sepupu beliau, Ali, yang berusia kira-kira sebelas tahun, maka kedua-duanya segera menyatakan keimanan mereka kepada beliau. Abu Bakar, sahabat karib dari masa kecil pada saat itu sedang berada di luar kota. Ketika beliau pulang, mulai mendengar pengalaman baru Rasulullah saw. itu.

Kepada beliau diceritakan orang-orang bahwa sahabatnya telah menjadi gila dan mulai berkata bahwa malaikat-malaikat membawa amanat dari Tuhan kepadanya. Abu Bakar percaya sepenuhnya kepada Rasulullah saw. Beliau tidak ragu-ragu sedikit pun bahwa Rasulullah saw. tentu benar – beliau mengenal Rasulullah saw. orang yang waras otak dan jujur. Beliau mengetuk pintu rumah Rasulullah saw. dan setelah diperkenankan masuk segera beliau bertanya, apa yang telah terjadi. Rasulullah saw. khawatir jangan-jangan Abu Bakar akan salah paham, mulai memberi penjelasan panjang-lebar. Abu Bakar menghentikan Rasulullah saw. berbuat demikian dan mendesak bahwa yang sebenarnya diinginkan beliau hanya pernyataan, apakah seorang malaikat telah turun kepada Rasulullah saw. dari Tuhan dan memberikan Amanat. Rasulullah saw. berniat menerangkan lagi, tetapi Abu Bakar mengatakan tidak ingin mendengar keterangan. Beliau hanya membutuhkan jawaban kepada pertanyaan, apa Rasulullah saw. mendapatkan Amanat dari Tuhan. Rasulullah saw. menjawab bahwa benar demikian dan Abu Bakar segera menyatakan imannya. Karena telah menyatakan keimanan, beliau berkata bahwa alasan-alasan akan menurunkan nilai imannya. Beliau telah lama mengenal Rasulullah saw. dari dekat. Beliau tidak dapat meragu-ragukan Rasulullah saw. dan tidak memerlukan penjelasan untuk meyakinkan kebenarannya. Jemaat kecil orang-orang beriman itulah yang merupakan penganut-penganut Islam pertama: seorang wanita berumur agak lanjut, seorang anak berumur sebelas tahun, seorang budak yang dibebaskan dan hidup di antara orang-orang yang asing baginya, seorang sahabat muda, dan Rasulullah saw. sendiri. Itulah jemaat yang diam-diam telah bertekad bulat  untuk menyebarkan Nur Ilahi ke seluruh pelosok dunia. Ketika rakyat dan para pemimpin mereka mendengar hal itu, mereka tertawa dan menyatakan bahwa orang-orang itu jadi gila. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan dan tidak ada alasan untuk gelisah. Tetapi, dengan berlakunya masa, kebenaran mulai menyingsing dan seperti Nabi Yesaya (28:13) mengatakan lama sebelum itu, hukum di atas hukum, hukum ditambah dengan hukum syari’at di atas syari’at, syari’at disusul dengan syari’at, baris demi baris, baris di atas baris, di sini sedikit, di sana sedikit, mulailah turun kepada Rasulullah saw.
Esensi Ajaran Islam© 2014. All Rights Reserved. Template By Seocips.com
SEOCIPS Areasatu Adasenze Tempate Published By K15-Creative TeamKaizen Template