Iklan

Untuk menjawab soal ini kita harus ingat bahwa, jika kita meninjau kembali peradaban dan kebudayaan berbagai-bagai negeri, kita mengetahui bahwa negeri-negeri telah melalui zaman demi zaman yang berbeda. Beberapa zaman dari zaman-zaman ini sudah meningkat begitu maju sehingga antara zaman itu dan zaman kita tampaknya sedikit atau tak ada bedanya. Kalau kita kesampingkan kemajuan mekanik dunia modern, maka kemajuan dari sebagian zaman-zaman yang lampau dari sejarah manusia tampak sedikit sekali bedanya dari kemajuan masa kita. Baik dalam peradaban atau pun dalam kebudayaan, persamaan semacam itu ada. Tetapi, jika kita selami agak dalam, akan kita jumpai dua perbedaan penting antara masa lampau dan zaman modern ini.Sebelum kami bentangkan kedua perbedaan itu, kami ingin menerangkan apa yang kami maksud dengan peradaban dan kebudayaan. Menurut hemat kami, peradaban adalah konsepsi kebendaan semata-mata. Kalau kemajuan kebendaan berjalan, maka muncullah semacam keseragaman dan semacam kesenangan dalam kegiatan manusia. Keseragaman dan kesenangan ini menimbulkan peradaban. Hasil yang keluar sebagai akibat dari pekerjaan manusia, dan sarana pengangkutan  yang diperlukan untuk membawa hasil ini dari suatu tempat ke tempat lainnya menimbulkan suatu kemajuan dalam peradaban. Demikian pula, semua cara yang mungkin didapat untuk memindahkan barang-barang dari tangan ke tangan, segala rencana untuk memajukan pendidikan, industri, penyelidikan ilmiah, menyebabkan peradaban semakin maju. Apa saja yang mungkin dikerjakan untuk menjaga keamanan dalam negeri dan pertahanan terhadap serangan dari luar, melahirkan peradaban. Semua ini ialah unsur-unsur yang mempengaruhi kegiatan-kegiatan manusia. Suatu negeri yang maju dalam unsur-unsur ini akan memberikan kepada penduduknya suatu pola hidup sehari-hari, yang berbedaan dari kehidupan di negeri-negeri lain. Perbedaan-perbedaan itulah yang menimbulkan perbedaan peradaban.
Dalam suatu negeri yang pertaniannya terbelakang, makanan sehari-hari penduduknya akan berbeda jauh dari makanan sehari-hari negeri yang maju pertaniannya. Suatu negeri pertanian yang maju mendorong timbulnya konsumsi makanan yang banyak macamnya. Negeri itu akan berusaha  memenuhi beragam kebutuhan dan selera yang beragam. Tetapi suatu negeri yang terbelakang pertaniannya tak akan dapat memenuhi ragam-ragam semacam itu. Perbedaan perseorangan dalam kesehatan badan dan penghalusan selera tak akan diperhatikan di sana. Makanan apa saja, yang pada umumnya dihasilkan di negeri itu, semuanya akan dipergunakan tanpa suatu atau banyak perhitungan akan pilihan-pilihan corak makanan lain. Demikian pula suatu negeri yang ketinggalan industrinya, tak akan sanggup mengimbangi negeri industri maju dalam pakaian, perumahan dengan perkakasnya dan dalam pelengkap-pelengkap hidup yang lain guna kenyamanan hidup. Negeri yang industrinya terbelakang tak akan dapat memberi pakaian yang cukup untuk rakyatnya. Bahkan masalah ragam potongan pakaian, jenis bagaimana bahan kain akan dibuat, tak ada di sana. Malahan anak negeri itu tak akan mengenal apa yang dinamakan jas, jangankan pula corak-ragam jas yang sesuai dengan keperluan pada berbagai-bagai keadaan. Bahkan kemeja merupakan barang yang mewah bagi mereka. Pemakaian alas kaki yang dibuat dari kulit tak disamak merupakan barang mewah. Pengertian akan alas kaki itu sendiri pun adalah hal yang luar biasa. Penduduk biasa berjalan dengan kaki tak beralas, atau mereka sudah cukup puas dengan sepotong kulit yang belum disamak dan tak diberi bentuk yang diikatkan pada kaki mereka.
Hal-hal itu kami sebutkan sambil lalu saja. Kami tak dapat menyebutkan semua rincian, tetapi sedikit rincian diperlukan untuk membuktikan bahwa perbedaan-perbedaan dalam pola kehidupan lahiriah kita adalah sebagai akibat dari perbedaan dalam taraf kemajuan yang dicapai oleh berbagai-bagai bangsa dalam pertanian, industri, pengetahuan dan pendidikan. Perbedaan-perbedaan itu begitu besarnya sehingga mereka yang sudah biasa dengan suatu macam kehidupan, tak suka mencampurkannya dengan macam kehidupan lain. Menurut paham kami perbedaan-perbedaan inilah yang menimbulkan perbedaan-perbedaan dalam peradaban dan pada perbedaan-perbedaan inilah tergantung sebahagian besar soal perang dan damai. Dan perbedaan-perbedaan inilah yang pada akhirnya menimbulkan keinginan-keinginan imperialistis dan ketamakan akan kekuasaan.
Kebudayaan berbeda dari peradaban. Menurut paham kami perhubungan antara kebudayaan dan peradaban sama dengan perhubungan roh manusia dengan jasadnya. Perbedaan-perbedaan dalam peradaban sebenarnya adalah perbedaan dalam kemajuan kebendaan; tetapi perbedaan-perbedaan kebudayaan lahir dari perbedaan-perbedaan kemajuan rohani. Boleh dikatakan bahwa kebudayaan suatu bangsa terdiri atas pikiran dan cita-cita yang tumbuh dari pengaruh ajaran-ajaran agama dan ajaran susila. Ajaran agama itu menyiapkan dasar-dasarnya. Pengikut-pengikut ajaran itu kemudian mendirikan kebudayaan itu di atas dasar-dasar itu. Saat mendirikannya pada dasar-dasar itu agama itu mungkin menyimpang jauh dari ajaran aslinya, tetapi mereka tidak akan sama sekali terlepas dari hubungan dengan dasar-dasar itu.
Seorang yang melaksanakan pola suatu bangunan dapat menyimpang dari rencana-asal sebanyak yang disukainya, tetapi ia tak dapat mengabaikan bagian-bagian yang penting rencana itu. Demikian juga agama-agama dan aliran-aliran kepercayaan memberikan pola kehidupan. Apa pun yang didirikan pengikut  agama-agama dan ideologi-ideologi itu di atas rencana asalnya berkembang menjadi pelbagai pola kesenian dan kesusilaan yang mandiri, sehingga pemerhati-pemerhati terpaksa membagi pengikut-pengikut berbagai agama dalam golongan-golongan yang berlainan sekali. Perbedaan-perbedaan ini adalah perbedaan-perbedaan kebudayaan. Perbedaan-perbedaan kebudayaan telah menjadi sangat penting dewasa ini. Menganjurkan dan menuntut toleransi serta pandangan luas adalah suatu hal yang sudah umum dewasa ini. Kendati begitu, seorang yang namanya saja Kristen, kalau tidak seorang atheis, jauh lebih mudah bercampur-gaul dengan seorang Kristen taklid atau dengan seorang Muslim taklid. Memang tak dapat diragukan bahwa di zaman kita kepentingan-kepentingan politik juga mempengaruhi hubungan antar bangsa-bangsa, dan kepentingan-kepentingan politik ini lahir dari perbedaan-perbedaan peradaban. Tetapi perbedaan-perbedaan kebudayaan tak kurang pentingnya. Seorang Muslim Eropa sangat ramah kepada seorang Muslim Asia; keramahan yang ditunjukkan kepada sesama Muslim tak akan ditunjukkannya kepada sesama orang Eropa. Seorang Kristen Eropa taklid ramah terhadap seorang atheis Amerika. Apakah ini disebabkan oleh kecenderungan agama? Tidak! Kalau kecenderungan agama merupakan satu-satunya unsur yang bekerja, maka seorang Kristen seharusnya lebih dekat ke hati seorang Muslim daripada ke hati seorang atheis.
Pada hakikatnya ialah, diantara orang Kristen dan orang Kristen, meskipun seorang dari mereka itu atheis, ada pertalian-pertalian kebudayaan yang dapat kita sebutkan kebudayaan Kristen. Seorang atheis Kristen bukan lagi orang Kristen dalam kepercayaan-kepercayaan agama, tetapi perasaan dan tindakannya tidak lepas dari pengaruh kebudayaan Kristen. Pengaruh-pengaruh yang sudah turun-temurun dalam beberapa angkatan tak mudah dilenyapkan. Seorang seniman Kristen yang mungkin menjadi atheis dalam pikirannya, masih akan memperlihatkan pengaruh kebudayaan Kristen dalam lukisan-lukisan dan musiknya. Tetapi, sebenarnya, tanpa pengaruh demikian itu keseniannya akan kelihatan janggal seperti tumbuhan tapak-liman tumbuh didalam taman mawar.

Esensi Ajaran Islam© 2014. All Rights Reserved. Template By Seocips.com
SEOCIPS Areasatu Adasenze Tempate Published By K15-Creative TeamKaizen Template