“Janganlah kamu sangkakan aku datang untuk merombak hukum Torat atau kitab nabi-nabi; bukannya aku datang hendak merombak, melainkan hendak menggenapkan. Karena sesungguhnya aku berkata kepadamu sehingga langit dan bumi lenyap, satu noktah atau satu titik pun sekali-kali tiada akan lenyap dari pada hukum Torat itu, sampai semuanya telah jadi” (Matius 5:17-18).
Apa yang diajarkan Musa a.s. dan nabi-nabi sebelumnya tentang hal ini sudah kita lukiskan. Penganjur-penganjur agama Kristen telah pergi ke segenap bagian dunia, tetapi Isa a.s. sendiri tidak punya maksud demikian. Soalnya bukanlah apa yang sedang diusahakan oleh penganut-penganut agama Kristen. Soalnya ialah: apakah yang dimaksud Isa a.s. sendiri? Apakah tujuan Tuhan dengan mengirimkan Isa a.s.? Tak ada orang lain yang dapat menerangkan lebih baik daripada Isa a.s. sendiri; dan Isa a.s. berkata dengan jelas:
“Tiadalah aku disuruhkan kepada yang lain hanya kepada segala domba Israil yang sesat dari antara Bani Israil”(Matius 15:20).
“Karena anak manusia datang menyelamatkan yang sesat” (Matius 18:11).
Karena itu ajaran Isa a.s. hanya untuk Bani Israil dan bukan untuk bangsa-bangsa lain. Orang mengatakan bahwa Isa a.s. menganjurkan pengikut-pengikutnya supaya pergi kepada bangsa-bangsa lain:
Sebab itu pergilah kamu, jadikanlah sekalian bangsa itu muridku, serta membaptiskan dia dengan Nama Bapa, dan Anak dan Rohulkudus (Matius 28:19)
Tetapi, menanggapi bahwa Isa a.s. menyuruh pengikut-pengikutnya menyampaikan ajarannya kepada bangsa-bangsa lain selain Bani Israil tidaklah betul. Kalimat itu hanya berarti bahwa Isa a.s. memerintahkan pengikut-pengikutnya supaya menyampaikan ajarannya kepada semua suku Bani Israil dan bukan kepada semua bangsa dan semua ummat. Isa a.s. berkata dengan sejelas-jelasnya:
“Sesungguhnya aku berkata kepadamu; bahwa kau pada masa kejadian alam yang baru, apabila Anak manusia kelak duduk di atas takhta kemuliaannya, maka kamu inipun, yang sudah mengikut aku, akan duduk juga di atas duabelas takhta serta menghakimkan duabelas suku bangsa bani Israil” (Matius 19:28).
“Tiadalah Aku disuruhkan kepada yang lain hanya kepada segala domba Israil yang sesat dari antara bani Israil” ( Matius 15:24).
“Tiadalah patut diambil roti dari anak-anak, lalu mencampakkan kepada anjing” (Matius 15:26).
Lagi kita baca:
“Maka dua belas orang inilah disuruhkan oleh Yesus dengan pesannya demikian; Janganlah kamu pergi ke negeri orang kafir dan jangan kamu masuk negeri orang Samaria; melainkan pergilah kamu kepada segala domba kaum Israil yang sesat itu (Matius 10:5, 6).
Orang tak boleh menyangka bahwa yang dimaksud penganjur-penganjur Kristen lebih dulu harus pergi ke kota-kota Bani Israil dan kemudian kepada lain-lainnya. Karena pergi kepada domba-domba Israil yang hilang tidak berarti hanya mengunjungi kota mereka, tetapi untuk menasranikan mereka. Karena maksud ayat itu ialah, bahwa sebelum orang-orang Bani Israil menjadi Kristen, orang lain tak usah diperhatikan. Isa a.s. menjelaskan bahwa pekerjaan mengajari orang-orang Bani Israil dan menasranikan mereka tidak akan terlaksana sepenuhnya sebelum kedatangannya yang kedua. Demikian kita baca:
Apabila kamu dianiayakan oleh orang dalam sebuah negeri, larilah ke negeri yang lain, karena dengan sesungguhnya Aku berkata kepadamu, bahwa tiada habis kamu menjalani segala negeri Israil, sebelum datang Anak manusia (Matius 10:23).
Maka jelaslah dari sini bahwa Matius 28:19 menghendaki penganjur-penganjur Kristen supaya menegakkan agama Kristen di kota-kota Bani Israil dan tidak hanya mengunjungi kota-kota itu saja. Dinyatakan dengan jelas bahwa kewajiban berda’wah kepada kaum Bani Israil ini tidak akan selesai sebelum “kedatangannya yang kedua”. Karena itu, dengan berda’wah kepada orang-orang lain, padahal kedatangan kedua Isa a.s. belum terjadi, penganjur-penganjur Kristen bertindak tak searah dengan ajaran Isa a.s.
Murid-murid Isa a.s. juga menganggap tidak tepat menganjurkan Injil kepada orang-orang bukan Bani Israil. Demikianlah kita baca :
Maka sekalian orang, yang berpecah-belah oleh sebab aniaya yang berbangkit karena Stephanus, itu pun mengembaralah sampai ke Feniki dan Kiperus dan Antiochia, tetapi tiada memberitakan firman itu kepada seorang pun kecuali kepada Yahudi (Kisah 11:19).
Demikianlah pula ketika murid-murid itu mendengar Petrus pada suatu tempat mengabarkan Injil kepada orang-orang bukan Bani Israil, mereka kesal hati.
Setelah Petrus tiba di Yerussalem, maka orang yang menurut adat bersunat itu pun berbantah-bantahlah dengan dia, sambil berkata:”Engkau sudah pergi kepada orang yang tiada bersunat, serta makan bersama-sama dengan mereka itu” (Kisah 11:2,3).
Karena itu, sebelum nabi Muhammad saw. tak ada seorang pun yang menyampaikan ajarannya kepada segenap manusia; sebelum Al-Qur’an, tak ada sebuah kitab pun yang menunjukkan ajarannya kepada seluruh ummat manusia. Nabi Muhammad saw. lah yang menyerukan :
Katakanlah, “Hai manusia, sesungguhnya aku adalah rasul Allah kepada kamu sekalian”(7:159).
Karena itu, wahyu Al-Qur’an dimaksudkan melenyapkan perbedaan-perbedaan dan perpecahan-perpecahan yang telah terjadi di antara agama-agama dan bangsa-bangsa dan yang mula-mula timbul karena pembatasan ajaran-ajaran dulu yang tak dapat dielakkan. Andai Al-Qur’an tidak datang, perpecahan-perpecahan itu akan terus berjalan. Dunia tak mungkin mengetahui bahwa hanya ada satu Khaliq, juga tak pula akan memaklumi bahwa kejadiannya dimaksudkan untuk satu tujuan yang lua.s. Perbedaan-perbedaan di antara agama-agama sebelum Islam tampaknya lebih memerlukan daripada menolak kedatangan suatu ajaran yang akan mempersatukan semua agama itu.
Pertanyaan kedua ialah: tidakkah alam pikiran manusia akan menempuh proses evolusi yang sama seperti yang sudah dialami oleh jasmani manusia? Dan seperti halnya jasmani manusia yang akhirnya mencapai kemantapan bentuk yang tertentu tidakkah alam pikiran (dan roh) manusia juga ditakdirkan mencapai suatu kemantapan yang menjadi tujuannya terakhir?