Jawaban atas pertanyaan tersebut ialah protes tersebut bersumber pada kepicikan pandangan. Jika sinar matahari tidak mencapai beberapa relung-relung yang gelap atau bila manusia memejamkan matanya seperti burung hantu yang melihat sinar sang surya, apakah lalu berarti bahwa matahari tidak diciptakan oleh Allah s.w.t.?
Kalau hujan tidak turun di beberapa daerah yang kering atau beberapa daerah yang masin tidak memperoleh kemaslahatan dari-padanya, apakah lalu berarti bahwa hujan itu buatan manusia? Guna mengatasi keraguan manusia seperti itu, Allah s.w.t. sudah menjelaskan secara tegas di dalam Al-Qur’an bahwa petunjuk dari wahyu Ilahi tidak ditujukan kepada segala macam jenis manusia tetapi hanya kepada mereka yang bertabiat suci dan memiliki sifat-sifat ketakwaan. Hanya jenis manusia seperti itu saja yang akan dapat memanfaatkan petunjuk agung dari suatu wahyu Ilahi.
Dalam konteks ini kami ingin menarik perhatian pembaca kepada beberapa ayat dari Al-Qur’an:
“Akulah Allah yang lebih mengetahui. Inilah Kitab yang sempurna, tiada keraguan di dalamnya; petunjuk bagi orang yang bertakwa. Yaitu mereka yang beriman kepada yang ghaib dan tetap mengerjakan sembahyang dan menafkahkan segala sesuatu dari apa yang telah Kami rezekikan kepada mereka, dan yang beriman kepada apa yang telah diturunkan kepada engkau dan kepada apa yang telah diturunkan sebelum engkau dan kepada hal-hal yang akan datang pun mereka yakin. Mereka itulah yang berdiri di atas petunjuk dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang akan berbahagia. Sesungguhnya orang-orang yang tidak percaya sama saja bagi mereka, baik mereka engkau peringati atau tidak engkau peringati, mereka tidak akan beriman. Allah telah memeterai hati mereka serta telinga mereka, sedang di atas mata mereka ada tutupan dan bagi mereka ada siksaan besar.”. (S.2 Al-Baqarah:2-8).
“Dia-lah yang telah mengutus di tengah-tengah bangsa yang butahuruf seorang rasul dari antara mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya, menyucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah walaupun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata. Dan Dia akan membangkitkannya di tengah-tengah suatu golongan lain dari antara mereka yang belum pernah bergabung dengan mereka.dan Dia-lah yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana. Itulah karunia Allah, Dia menganugerahkannya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah adalah yang empunya karunia yang besar sekali.”. (S.62 Al-Jumuah:3-5).
Patut dicermati kiranya ayat pertama di atas yaitu:
“Akulah Allah yang lebih mengetahui. Inilah Kitab yang sempurna, tiada keraguan di dalamnya; petunjuk bagi orang yang bertakwa.”.
Dari ayat ini kita melihat betapa indah dan halusnya Allah yang Maha Kuasa memberikan jawaban atas keberatan yang diajukan mereka. Rujukan pertama adalah kepada sang Pencipta Al-Qur’an dengan mengemukakan Keagungan dan Keluhuran-Nya. Dinyatakan disana bahwa:
“Akulah Allah yang lebih mengetahui”.
yang berarti bahwa Aku yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana yang pengetahuan-Nya tidak mungkin dipadani oleh siapa pun, telah menurunkan Kitab ini. Kemudian dikemukakan kebesaran dari Al-Qur’an dimana dinyatakan:
“Inilah Kitab yang sempurna”.
yang mengandung makna bahwa Kitab ini adalah suatu yang agung dan berderajat tinggi yang bersumber dari pengetahuan Ilahi. Ditegaskan disini kalau sumber Kitab itu adalah yang Maha Abadi dan Maha Bijaksana.
Dengan menyebutnya sebagai Kitab maka Allah yang Maha Luhur meng¬indikasikan bahwa kitab ini berasal dari khazanah pengetahuan Tuhan yang tidak ada bandingan dan tidak ada padanannya dimana kesempurnaan pengetahuan yang sempurna tersebut serta mutiara-mutiara yang dikandungnya berada jauh di atas kemampuan daya cipta manusia.
Struktur Kitab Suci Al-Qur’an tersusun demikian rapi sehingga tidak menyisakan ruang bagi keraguan dalam bentuk apa pun dengan ungkapan:
“Tiada keraguan di dalamnya”.
Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa Kitab ini bukanlah kumpulan cerita dan dongeng seperti buku-buku lainnya, tetapi lebih merupakan argumentasi dan penalaran yang komprehensif dan konklusif serta mengemukakan secara jelas maksud dan tujuannya. Dalam wujudnya sendiri Kitab ini merupakan mukjizat yang bekerja sebagai sebuah pedang tajam guna mengikis keraguan dan kecurigaan dimana ia membawa manusia kepada pengenalan Tuhan bukan dalam bentuk “bagaimana seharusnya” tetapi langsung kepada kepastian bahwa Dia itu eksis.
Disamping keagungan tujuan-tujuan Al-Qur’an dimana yang utamanya adalah pembaharuan akhlak manusia, juga ada lagi tujuan keempat yang merupakan tujuan yang paling utama yaitu sebagai petunjuk bagi mereka yang bertakwa. Dinyatakan bahwa Kitab ini:
“Petunjuk bagi orang yang bertakwa”.
yaitu diwahyukan sebagai bimbingan bagi mereka yang karena kemurnian batinnya, kesehatan penalaran, intelegensia yang kokoh dan hasrat mencari kebenaran, dimana mereka akan dibawa kepada tingkat keruhanian dan ketakwaan yang tinggi serta pengenalan Allah s.w.t. Mereka yang fitratnya diketahui Tuhan sebagai manusia yang cocok untuk mendapat bimbingan demikian, pada akhirnya mereka akan dibimbing oleh Kitab ini. Kitab ini akan menggapai mereka dan Tuhan akan memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengikuti jalan yang lurus sebelum ajal mereka datang.
Allah s.w.t. secara tegas menyatakan bahwa mereka yang dalam pandangan Tuhan termasuk yang patut mendapat bimbingan serta secara batiniah memiliki sifat-sifat muttaqi, sesungguhnya mereka akan mendapat petunjuk melalui Al-Qur’an. Ayat-ayat berikutnya di atas telah menguraikan rincian dan pernyataan bahwa mereka yang dalam pandangan Allah s.w.t. akan termasuk mereka yang beriman pada akhirnya akan beriman, sedangkan mereka yang tertinggal di luar karena menolak ajaran Islam, apakah setelah mereka diingatkan atau pun tidak, maka mereka ini tidak akan beriman dan tidak akan pernah bisa mencapai derajat ketakwaan dan pemahaman yang sempurna. Dalam ayat-ayat tersebut Tuhan telah menegaskan bahwa mereka yang bisa menarik manfaat bimbingan Al-Qur’an adalah mereka yang bertakwa dimana kalbu mereka tidak akan diliputi kegelapan egonya sendiri.
Jika ada yang bertanya tentang bagaimana penyelamatan ruhani dari mereka yang tidak pernah mendapat akses kepada sebuah Kitab samawi, maka jawabannya adalah jika mereka memang sepenuhnya masih liar dan tidak memiliki intelegensia manusia sewajarnya, dengan sendirinya mereka tidak akan dimintakan pertanggung-jawaban apa pun oleh Tuhan mereka. Mereka itu disamakan dengan orang-orang yang gila. Namun mereka yang sedikit banyak mempunyai intelegensia, tetap akan dimintakan pertanggung-jawaban setakar dengan intelegensia yang dimilikinya. (Barahin Ahmadiyah, sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 1, hal. 198-203, London, 1984).
* * *
Benih Ketauhidan Ilahi yang telah disemaikan Kitab Suci Al-Qur’an di jazirah Arab, Persia, Mesir, Syria, India, Cina, Afghanistan, Kashmir dan berbagai daerah lainnya serta cara bagaimana Kitab ini telah mencerabut penyembahan berhala dan pengagungan makhluk dari daerah-daerah tersebut, merupakan suatu hal yang tidak pernah akan ada padanannya di zaman apa pun. Kebalikannya jika kita lihat misalnya Kitab Veda, kita akan melihat bahwa Kitab ini bahkan tidak mampu mencerahkan satu daerah saja yang namanya Arya Vart5. (Chasma Marifat, Qadian, Anwar Ahmadiyyah Press, 1908; sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 23, hal. 77, London, 1984).
* * *
Siagalah selalu setiap saat dan jangan sekali pun mengambil langkah yang bertentangan dengan ajaran Ilahi dan petunjuk Al-Qur’an. Sesungguhnya ketahuilah bahwa barangsiapa yang mengelak salah satu saja dari 700 perintah Al-Qur’an maka baginya akan tertutup pintu keselamatan. Jalan-jalan untuk menuju keselamatan yang benar dan sempurna telah dibukakan oleh Al-Qur’an sedangkan yang lain-lainnya adalah cerminannya. Karena itu pelajarilah Al-Qur’an dengan tekun dan cintailah Kitab ini dengan sepenuh hati, sebagaimana telah difirmankan Allah s.w.t. kepadaku:
الخير كله فى القرآن
“Semua hal yang baik terdapat di dalam Al-Qur’an.”.
Sungguh malang mereka yang memilih lainnya selain Kitab ini. Sumber mata air dari kemakmuran dan keselamatan kalian adalah Kitab Suci Al-Qur’an. Tidak ada kebutuhan keagamaan kalian yang tidak bisa dipenuhi oleh Al-Qur’an. Pada Hari Penghisaban nanti, Al-Qur’an akan meneguhkan atau menyangkal keimanan kalian. Tidak ada lagi di bawah langit ini Kitab lain yang bisa memberikan keselamatan selain Al-Qur’an. Allah s.w.t. amat mengasihi kalian sehingga Dia memberkati kalian dengan Kitab seperti Al-Qur’an ini.
Sesungguhnya aku nyatakan kepada kalian bahwa jika Kitab yang dibacakan kepada kalian ini juga dulu diberikan kepada umat Kristen maka pastilah mereka tidak akan menyeleweng jauh seperti keadaannya sekarang ini. Jika karunia petunjuk yang dianugrahkan kepada kalian ini dahulu juga diberikan kepada umat Yahudi sebagai pengganti Taurat maka tidak akan ada sekte-sekte mereka yang kemudian menolak Penghakiman6.
Karena itu hargailah karunia yang telah dilimpahkan kepada kalian, sesungguhnya ia merupakan karunia yang amat luhur dan kekayaan yang amat mulia. Kalau saja Al-Qur’an tidak diwahyukan maka seluruh dunia ini masih akan berupa seonggok daging kotor. Ajaran-ajaran lainnya dibanding apa yang diberikan Al-Qur’an adalah sesuatu yang hampir tidak ada artinya sama sekali. (Kishti Nuh, Qadian, Ziaul Islam Press, 1902; sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 19, hal. 26-27, London, 1984).
* * *
Disamping keluhuran komposisi, kebijakan dan wawasan, Al-Qur’an juga membawa pengaruh keruhanian bagi yang mengikutinya berupa kekayaan batin, pencerahan kalbu, pengembangan pikiran dan diridhoi Tuhan serta mendapat tegursapa-Nya. Kitab Suci Al-Qur’an menciptakan Nur dan rahmat-rahmat tersembunyi dalam diri penganutnya serta memberikan dukungan moril yang tidak akan ditemukan di Kitab lainnya. Ia akan menerima firman yang menyejukkan hati dari Tuhan-nya sehingga ia akan bertambah yakin bahwa dengan mengikuti Al-Qur’an dan kepatuhan kepada Hadzrat Rasulullah s.a.w., ia akan sampai pada tingkatan keruhanian yang khusus bagi para kekasih Allah s.w.t. Ia akan memperoleh rahmat dan kasih Ilahi sebagaimana yang telah diterima oleh orang-orang yang berkeimanan sempurna sebelum dirinya. Ia akan menyaksikan tidak saja sebatas kata-kata, tetapi juga sebagai suatu kenyataan aktual, adanya mata air murni dari kasih demikian yang mengalir di dalam hatinya dan akan menikmati kedekatan kepada Allah s.w.t. dalam dadanya yang tidak mungkin digambarkan dengan ilustrasi atau pun diuraikan dengan kata-kata.
Ia akan menyaksikan Nur Ilahi seperti hujan turun ke atas kalbunya. Nur tersebut kadang-kadang akan memantulkan cerminan dalam bentuk pengungkapan hal-hal yang tersembunyi, atau sebagai suatu pengetahuan dan wawasan, atau juga berupa sifat-sifat akhlak yang luhur. Pengaruh dari Al-Qur’an tersebut merupakan suatu hal yang berkesinambungan dari sejak awalnya. Sejak terbitnya matahari kebenaran di dunia ini dalam bentuk kedatangan sosok Hadzrat Rasulullah s.a.w., sudah ribuan orang yang telah mencapai dan masih banyak lagi yang akan datang pada tingkat derajat yang luhur tersebut, yaitu dengan mengikuti firman Tuhan dan mematuhi Hadzrat Rasulullah sebagaimana dikatakan di atas.
Allah yang Maha Agung secara berkesinambungan telah menganugerahkan karunia-Nya serta meninggikan derajat mereka dan memberikan bantuan kepada mereka sedemikian rupa sehingga orang-orang yang memiliki penglihatan yang jernih akan mengenali mereka sebagai orang-orang yang diridhoi Allah yang Maha Agung dan bahwa mereka berada di bawah naungan kasih dan rahmat Ilahi.
Para pengamat akan bisa melihat dengan jelas bahwa mereka ini diberkati dengan berbagai karunia yang luar biasa dan menjadi berbeda dengan manusia lainnya karena mendapat begitu banyak mukjizat yang indah. Mereka ini sepertinya diurapi dengan harum-haruman kasih Ilahi dan memperoleh status keridhoan Allah s.w.t. Nur Allah yang Maha Perkasa mencerahkan sahabat-sahabat mereka, perhatian mereka, tekad mereka, ibadah mereka, mata mereka, akhlak mereka, cara hidup mereka, kesenangan dan kemarahan mereka, kesukaan dan ketidak-sukaan mereka, gerakan mereka, istirahat mereka, bicara mereka, diamnya mereka, dzahir mereka, batin mereka, laiknya parfum mulia yang mengisi sebuah bejana kristal.
Semua hal itu dapat kalian peroleh melalui kedekatan kepada mereka, perhatian mereka dan kasih mereka. Dengan cara memperlakukan mereka ini dengan baik dan i’tikad yang suci maka keimanan kalian akan memperoleh aspek baru dan akan muncul suatu kekuatan baru untuk penampakan dari nilai-nilai akhlak mulia sehingga kecenderungan mementingkan diri sendiri serta kedurhakaan akan menghilang dan sebagai gantinya mendapatkan kepuasan dan kemanisan batin. Sejalan dengan kemampuan masing-masing dan tingkat kedekatannya, keimanannya akan mengemuka, hormat dan kasih akan muncul dan kenikmatan akan kesadaran kepada Tuhan lalu meningkat.
Jika kalian mengamati mereka itu dalam waktu lama, kalian akan mengakui bahwa sesungguhnya mereka itu menduduki derajat yang tinggi yang tidak ada padanannya dalam masalah kekuatan keimanan, kondisi moral mereka, tekad menjauh dari segala hal yang bersifat keduniawian, kecenderungan mereka kepada Tuhan, kasih mereka kepada Tuhan dan makhluk-Nya, dalam keteguhan hati mereka dan dalam kesetiaan. Orang-orang yang waras pikirannya akan segera menyadari bagaimana mereka ini sebenarnya telah terbebas dari belenggu yang mengikat kaki mereka sebagai manusia dan pikiran mereka telah dibersihkan dari kecupatan pandangan yang melelahkan.
Mereka itu mendapat kehormatan bisa berbicara langsung dengan Tuhan mereka dan dianggap patut memperoleh sapaan Tuhan. Mereka menjadi sarana untuk membimbing manusia dan memberi petunjuk di antara Tuhan dan para hamba-Nya yang rajin. Kecemerlangan ruhani mereka telah ikut mencerahkan hati manusia lainnya. Sebagaimana datangnya musim semi yang menumbuhkan tunas-tunas baru, begitu pula dengan kedatangan mereka maka manusia yang patuh akan mengalami maraknya kehidupan batin dimana setiap hati berlomba-lomba melaksanakan hal-hal yang baik dan memupus ketidakacuhan serta mencari keselamatan dari dosa, kedurhakaan, kejahatan, kebodohan dan ketidakmengertian.
Dalam masa hidup mereka yang berberkat itu akan terdapat penyebaran Nur sehingga setiap mereka yang beriman dan yang mencari kebenaran akan menemukan kesukaan kepada agama tanpa suatu upaya khusus serta menikmati peneguhan keimanan. Dengan kata lain, dari parfum sehari-hari mereka yang diperoleh berkat kepatuhan yang sempurna tersebut, setiap manusia yang tulus akan mendapat maslahat setara dengan tingkat ketulusannya. Hanya saja ada saja manusia yang selalu bernasib sial yang tidak bisa menikmatinya serta terus saja melakukan kejahatan, kedengkian dan tindakan buruk yang pada akhirnya akan membawa mereka ke dalam api neraka. Mereka inilah yang dimaksud Allah yang Maha Kuasa dalam ayat:
“Allah telah memeterai hati mereka serta telinga mereka, sedang di atas mata mereka ada tutupan dan bagi mereka ada siksaan besar.”. (S.2 Al-Baqarah:8).
(Barahin Ahmadiyah, sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 1, hal. 528-532, London, 1984).
Dalam konteks ini kami ingin menarik perhatian pembaca kepada beberapa ayat dari Al-Qur’an:
“Akulah Allah yang lebih mengetahui. Inilah Kitab yang sempurna, tiada keraguan di dalamnya; petunjuk bagi orang yang bertakwa. Yaitu mereka yang beriman kepada yang ghaib dan tetap mengerjakan sembahyang dan menafkahkan segala sesuatu dari apa yang telah Kami rezekikan kepada mereka, dan yang beriman kepada apa yang telah diturunkan kepada engkau dan kepada apa yang telah diturunkan sebelum engkau dan kepada hal-hal yang akan datang pun mereka yakin. Mereka itulah yang berdiri di atas petunjuk dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang akan berbahagia. Sesungguhnya orang-orang yang tidak percaya sama saja bagi mereka, baik mereka engkau peringati atau tidak engkau peringati, mereka tidak akan beriman. Allah telah memeterai hati mereka serta telinga mereka, sedang di atas mata mereka ada tutupan dan bagi mereka ada siksaan besar.”. (S.2 Al-Baqarah:2-8).
“Dia-lah yang telah mengutus di tengah-tengah bangsa yang butahuruf seorang rasul dari antara mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya, menyucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah walaupun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata. Dan Dia akan membangkitkannya di tengah-tengah suatu golongan lain dari antara mereka yang belum pernah bergabung dengan mereka.dan Dia-lah yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana. Itulah karunia Allah, Dia menganugerahkannya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah adalah yang empunya karunia yang besar sekali.”. (S.62 Al-Jumuah:3-5).
Patut dicermati kiranya ayat pertama di atas yaitu:
“Akulah Allah yang lebih mengetahui. Inilah Kitab yang sempurna, tiada keraguan di dalamnya; petunjuk bagi orang yang bertakwa.”.
Dari ayat ini kita melihat betapa indah dan halusnya Allah yang Maha Kuasa memberikan jawaban atas keberatan yang diajukan mereka. Rujukan pertama adalah kepada sang Pencipta Al-Qur’an dengan mengemukakan Keagungan dan Keluhuran-Nya. Dinyatakan disana bahwa:
“Akulah Allah yang lebih mengetahui”.
yang berarti bahwa Aku yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana yang pengetahuan-Nya tidak mungkin dipadani oleh siapa pun, telah menurunkan Kitab ini. Kemudian dikemukakan kebesaran dari Al-Qur’an dimana dinyatakan:
“Inilah Kitab yang sempurna”.
yang mengandung makna bahwa Kitab ini adalah suatu yang agung dan berderajat tinggi yang bersumber dari pengetahuan Ilahi. Ditegaskan disini kalau sumber Kitab itu adalah yang Maha Abadi dan Maha Bijaksana.
Dengan menyebutnya sebagai Kitab maka Allah yang Maha Luhur meng¬indikasikan bahwa kitab ini berasal dari khazanah pengetahuan Tuhan yang tidak ada bandingan dan tidak ada padanannya dimana kesempurnaan pengetahuan yang sempurna tersebut serta mutiara-mutiara yang dikandungnya berada jauh di atas kemampuan daya cipta manusia.
Struktur Kitab Suci Al-Qur’an tersusun demikian rapi sehingga tidak menyisakan ruang bagi keraguan dalam bentuk apa pun dengan ungkapan:
“Tiada keraguan di dalamnya”.
Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa Kitab ini bukanlah kumpulan cerita dan dongeng seperti buku-buku lainnya, tetapi lebih merupakan argumentasi dan penalaran yang komprehensif dan konklusif serta mengemukakan secara jelas maksud dan tujuannya. Dalam wujudnya sendiri Kitab ini merupakan mukjizat yang bekerja sebagai sebuah pedang tajam guna mengikis keraguan dan kecurigaan dimana ia membawa manusia kepada pengenalan Tuhan bukan dalam bentuk “bagaimana seharusnya” tetapi langsung kepada kepastian bahwa Dia itu eksis.
Disamping keagungan tujuan-tujuan Al-Qur’an dimana yang utamanya adalah pembaharuan akhlak manusia, juga ada lagi tujuan keempat yang merupakan tujuan yang paling utama yaitu sebagai petunjuk bagi mereka yang bertakwa. Dinyatakan bahwa Kitab ini:
“Petunjuk bagi orang yang bertakwa”.
yaitu diwahyukan sebagai bimbingan bagi mereka yang karena kemurnian batinnya, kesehatan penalaran, intelegensia yang kokoh dan hasrat mencari kebenaran, dimana mereka akan dibawa kepada tingkat keruhanian dan ketakwaan yang tinggi serta pengenalan Allah s.w.t. Mereka yang fitratnya diketahui Tuhan sebagai manusia yang cocok untuk mendapat bimbingan demikian, pada akhirnya mereka akan dibimbing oleh Kitab ini. Kitab ini akan menggapai mereka dan Tuhan akan memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengikuti jalan yang lurus sebelum ajal mereka datang.
Allah s.w.t. secara tegas menyatakan bahwa mereka yang dalam pandangan Tuhan termasuk yang patut mendapat bimbingan serta secara batiniah memiliki sifat-sifat muttaqi, sesungguhnya mereka akan mendapat petunjuk melalui Al-Qur’an. Ayat-ayat berikutnya di atas telah menguraikan rincian dan pernyataan bahwa mereka yang dalam pandangan Allah s.w.t. akan termasuk mereka yang beriman pada akhirnya akan beriman, sedangkan mereka yang tertinggal di luar karena menolak ajaran Islam, apakah setelah mereka diingatkan atau pun tidak, maka mereka ini tidak akan beriman dan tidak akan pernah bisa mencapai derajat ketakwaan dan pemahaman yang sempurna. Dalam ayat-ayat tersebut Tuhan telah menegaskan bahwa mereka yang bisa menarik manfaat bimbingan Al-Qur’an adalah mereka yang bertakwa dimana kalbu mereka tidak akan diliputi kegelapan egonya sendiri.
Jika ada yang bertanya tentang bagaimana penyelamatan ruhani dari mereka yang tidak pernah mendapat akses kepada sebuah Kitab samawi, maka jawabannya adalah jika mereka memang sepenuhnya masih liar dan tidak memiliki intelegensia manusia sewajarnya, dengan sendirinya mereka tidak akan dimintakan pertanggung-jawaban apa pun oleh Tuhan mereka. Mereka itu disamakan dengan orang-orang yang gila. Namun mereka yang sedikit banyak mempunyai intelegensia, tetap akan dimintakan pertanggung-jawaban setakar dengan intelegensia yang dimilikinya. (Barahin Ahmadiyah, sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 1, hal. 198-203, London, 1984).
* * *
Benih Ketauhidan Ilahi yang telah disemaikan Kitab Suci Al-Qur’an di jazirah Arab, Persia, Mesir, Syria, India, Cina, Afghanistan, Kashmir dan berbagai daerah lainnya serta cara bagaimana Kitab ini telah mencerabut penyembahan berhala dan pengagungan makhluk dari daerah-daerah tersebut, merupakan suatu hal yang tidak pernah akan ada padanannya di zaman apa pun. Kebalikannya jika kita lihat misalnya Kitab Veda, kita akan melihat bahwa Kitab ini bahkan tidak mampu mencerahkan satu daerah saja yang namanya Arya Vart5. (Chasma Marifat, Qadian, Anwar Ahmadiyyah Press, 1908; sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 23, hal. 77, London, 1984).
* * *
Siagalah selalu setiap saat dan jangan sekali pun mengambil langkah yang bertentangan dengan ajaran Ilahi dan petunjuk Al-Qur’an. Sesungguhnya ketahuilah bahwa barangsiapa yang mengelak salah satu saja dari 700 perintah Al-Qur’an maka baginya akan tertutup pintu keselamatan. Jalan-jalan untuk menuju keselamatan yang benar dan sempurna telah dibukakan oleh Al-Qur’an sedangkan yang lain-lainnya adalah cerminannya. Karena itu pelajarilah Al-Qur’an dengan tekun dan cintailah Kitab ini dengan sepenuh hati, sebagaimana telah difirmankan Allah s.w.t. kepadaku:
الخير كله فى القرآن
“Semua hal yang baik terdapat di dalam Al-Qur’an.”.
Sungguh malang mereka yang memilih lainnya selain Kitab ini. Sumber mata air dari kemakmuran dan keselamatan kalian adalah Kitab Suci Al-Qur’an. Tidak ada kebutuhan keagamaan kalian yang tidak bisa dipenuhi oleh Al-Qur’an. Pada Hari Penghisaban nanti, Al-Qur’an akan meneguhkan atau menyangkal keimanan kalian. Tidak ada lagi di bawah langit ini Kitab lain yang bisa memberikan keselamatan selain Al-Qur’an. Allah s.w.t. amat mengasihi kalian sehingga Dia memberkati kalian dengan Kitab seperti Al-Qur’an ini.
Sesungguhnya aku nyatakan kepada kalian bahwa jika Kitab yang dibacakan kepada kalian ini juga dulu diberikan kepada umat Kristen maka pastilah mereka tidak akan menyeleweng jauh seperti keadaannya sekarang ini. Jika karunia petunjuk yang dianugrahkan kepada kalian ini dahulu juga diberikan kepada umat Yahudi sebagai pengganti Taurat maka tidak akan ada sekte-sekte mereka yang kemudian menolak Penghakiman6.
Karena itu hargailah karunia yang telah dilimpahkan kepada kalian, sesungguhnya ia merupakan karunia yang amat luhur dan kekayaan yang amat mulia. Kalau saja Al-Qur’an tidak diwahyukan maka seluruh dunia ini masih akan berupa seonggok daging kotor. Ajaran-ajaran lainnya dibanding apa yang diberikan Al-Qur’an adalah sesuatu yang hampir tidak ada artinya sama sekali. (Kishti Nuh, Qadian, Ziaul Islam Press, 1902; sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 19, hal. 26-27, London, 1984).
* * *
Disamping keluhuran komposisi, kebijakan dan wawasan, Al-Qur’an juga membawa pengaruh keruhanian bagi yang mengikutinya berupa kekayaan batin, pencerahan kalbu, pengembangan pikiran dan diridhoi Tuhan serta mendapat tegursapa-Nya. Kitab Suci Al-Qur’an menciptakan Nur dan rahmat-rahmat tersembunyi dalam diri penganutnya serta memberikan dukungan moril yang tidak akan ditemukan di Kitab lainnya. Ia akan menerima firman yang menyejukkan hati dari Tuhan-nya sehingga ia akan bertambah yakin bahwa dengan mengikuti Al-Qur’an dan kepatuhan kepada Hadzrat Rasulullah s.a.w., ia akan sampai pada tingkatan keruhanian yang khusus bagi para kekasih Allah s.w.t. Ia akan memperoleh rahmat dan kasih Ilahi sebagaimana yang telah diterima oleh orang-orang yang berkeimanan sempurna sebelum dirinya. Ia akan menyaksikan tidak saja sebatas kata-kata, tetapi juga sebagai suatu kenyataan aktual, adanya mata air murni dari kasih demikian yang mengalir di dalam hatinya dan akan menikmati kedekatan kepada Allah s.w.t. dalam dadanya yang tidak mungkin digambarkan dengan ilustrasi atau pun diuraikan dengan kata-kata.
Ia akan menyaksikan Nur Ilahi seperti hujan turun ke atas kalbunya. Nur tersebut kadang-kadang akan memantulkan cerminan dalam bentuk pengungkapan hal-hal yang tersembunyi, atau sebagai suatu pengetahuan dan wawasan, atau juga berupa sifat-sifat akhlak yang luhur. Pengaruh dari Al-Qur’an tersebut merupakan suatu hal yang berkesinambungan dari sejak awalnya. Sejak terbitnya matahari kebenaran di dunia ini dalam bentuk kedatangan sosok Hadzrat Rasulullah s.a.w., sudah ribuan orang yang telah mencapai dan masih banyak lagi yang akan datang pada tingkat derajat yang luhur tersebut, yaitu dengan mengikuti firman Tuhan dan mematuhi Hadzrat Rasulullah sebagaimana dikatakan di atas.
Allah yang Maha Agung secara berkesinambungan telah menganugerahkan karunia-Nya serta meninggikan derajat mereka dan memberikan bantuan kepada mereka sedemikian rupa sehingga orang-orang yang memiliki penglihatan yang jernih akan mengenali mereka sebagai orang-orang yang diridhoi Allah yang Maha Agung dan bahwa mereka berada di bawah naungan kasih dan rahmat Ilahi.
Para pengamat akan bisa melihat dengan jelas bahwa mereka ini diberkati dengan berbagai karunia yang luar biasa dan menjadi berbeda dengan manusia lainnya karena mendapat begitu banyak mukjizat yang indah. Mereka ini sepertinya diurapi dengan harum-haruman kasih Ilahi dan memperoleh status keridhoan Allah s.w.t. Nur Allah yang Maha Perkasa mencerahkan sahabat-sahabat mereka, perhatian mereka, tekad mereka, ibadah mereka, mata mereka, akhlak mereka, cara hidup mereka, kesenangan dan kemarahan mereka, kesukaan dan ketidak-sukaan mereka, gerakan mereka, istirahat mereka, bicara mereka, diamnya mereka, dzahir mereka, batin mereka, laiknya parfum mulia yang mengisi sebuah bejana kristal.
Semua hal itu dapat kalian peroleh melalui kedekatan kepada mereka, perhatian mereka dan kasih mereka. Dengan cara memperlakukan mereka ini dengan baik dan i’tikad yang suci maka keimanan kalian akan memperoleh aspek baru dan akan muncul suatu kekuatan baru untuk penampakan dari nilai-nilai akhlak mulia sehingga kecenderungan mementingkan diri sendiri serta kedurhakaan akan menghilang dan sebagai gantinya mendapatkan kepuasan dan kemanisan batin. Sejalan dengan kemampuan masing-masing dan tingkat kedekatannya, keimanannya akan mengemuka, hormat dan kasih akan muncul dan kenikmatan akan kesadaran kepada Tuhan lalu meningkat.
Jika kalian mengamati mereka itu dalam waktu lama, kalian akan mengakui bahwa sesungguhnya mereka itu menduduki derajat yang tinggi yang tidak ada padanannya dalam masalah kekuatan keimanan, kondisi moral mereka, tekad menjauh dari segala hal yang bersifat keduniawian, kecenderungan mereka kepada Tuhan, kasih mereka kepada Tuhan dan makhluk-Nya, dalam keteguhan hati mereka dan dalam kesetiaan. Orang-orang yang waras pikirannya akan segera menyadari bagaimana mereka ini sebenarnya telah terbebas dari belenggu yang mengikat kaki mereka sebagai manusia dan pikiran mereka telah dibersihkan dari kecupatan pandangan yang melelahkan.
Mereka itu mendapat kehormatan bisa berbicara langsung dengan Tuhan mereka dan dianggap patut memperoleh sapaan Tuhan. Mereka menjadi sarana untuk membimbing manusia dan memberi petunjuk di antara Tuhan dan para hamba-Nya yang rajin. Kecemerlangan ruhani mereka telah ikut mencerahkan hati manusia lainnya. Sebagaimana datangnya musim semi yang menumbuhkan tunas-tunas baru, begitu pula dengan kedatangan mereka maka manusia yang patuh akan mengalami maraknya kehidupan batin dimana setiap hati berlomba-lomba melaksanakan hal-hal yang baik dan memupus ketidakacuhan serta mencari keselamatan dari dosa, kedurhakaan, kejahatan, kebodohan dan ketidakmengertian.
Dalam masa hidup mereka yang berberkat itu akan terdapat penyebaran Nur sehingga setiap mereka yang beriman dan yang mencari kebenaran akan menemukan kesukaan kepada agama tanpa suatu upaya khusus serta menikmati peneguhan keimanan. Dengan kata lain, dari parfum sehari-hari mereka yang diperoleh berkat kepatuhan yang sempurna tersebut, setiap manusia yang tulus akan mendapat maslahat setara dengan tingkat ketulusannya. Hanya saja ada saja manusia yang selalu bernasib sial yang tidak bisa menikmatinya serta terus saja melakukan kejahatan, kedengkian dan tindakan buruk yang pada akhirnya akan membawa mereka ke dalam api neraka. Mereka inilah yang dimaksud Allah yang Maha Kuasa dalam ayat:
“Allah telah memeterai hati mereka serta telinga mereka, sedang di atas mata mereka ada tutupan dan bagi mereka ada siksaan besar.”. (S.2 Al-Baqarah:8).
(Barahin Ahmadiyah, sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 1, hal. 528-532, London, 1984).