Iklan

Sifat-sifat Tuhan sebagaimana dikemukakan dalam Al-Qur’an adalah:

“Dia-lah Allah dan tiada tuhan selain Dia, yang mengetahui segala yang ghaib dan segala yang nampak. Dia-lah yang Maha Pemurah, Maha Penyayang. Dia-lah Allah yang tiada tuhan selain Dia, Maha Berdaulat, yang Maha Suci, sumber segala kedamaian, Pelimpah keamanan, Maha Pelindung, Maha Perkasa, Maha Penakluk, Maha Agung, Maha Suci Allah, jauh di atas apa yang mereka persekutukan dengan Dia. Dia-lah Allah yang Maha Pencipta, Pembuat segala sesuatu, Pemberi segala bentuk. Kepunyaan Dia-lah segala nama yang terindah. Segala sesuatu di seluruh langit dan bumi menyanjung Dia dan Dia-lah yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana”. (S.59 Al-Hasyr:23-25).


Dia memiliki semua kekuasaan melakukan apa pun yang diinginkan-Nya.

“Dia adalah Tuhan seru sekalian alam, Maha Pemurah, Maha Penyayang, yang mempunyai Hari Pembalasan”. (S.1 Al-Fatihah:2-4).

“Aku mengabulkan doa orang yang memohon apabila ia mendoa kepada-Ku”. (S.2 Al-Baqarah:187).

Yang Maha Hidup, Dia-lah Allah yang Maha Esa, Allah yang tidak bergantung pada sesuatu dan segala sesuatu bergantung pada-Nya. Dia tidak memperanakkan dan tidak pula Dia diperanakkan, dan tiada seorang pun menyamai Dia”. (S.112 Al-Ikhlas:2-5).
Berarti Tuhan itu adalah Satu dan tidak mempunyai sekutu, bahwa tidak ada satu pun wujud lain yang patut disembah dan dipatuhi. Dia itu dinyatakan sebagai yang Maha Esa karena kalau ada sekutu-Nya maka sekutu itu bisa saja suatu waktu mengalahkan diri-Nya dan dengan demikian maka sifat Ketuhanan-Nya menjadi limbung. Tidak ada wujud lain yang patut disembah adalah karena Dia itu Maha Sempurna dengan sifat-sifat yang demikian luhur dan tidak ada satu pun yang akan mampu melebihi-Nya. Jika ada yang menyekutukan sosok siapa pun yang kualifikasinya lebih rendah dari Wujud-Nya itu sebagai tujuan penyembahan, adalah suatu hal yang salah sama sekali.
Dia Maha Mengetahui apa yang tersembunyi, yang berarti bahwa hanya Dia sendiri yang memahami secara penuh atas Wujud-Nya sendiri dan tidak ada lainnya yang akan mampu membayangkan Keberadaan-Nya secara sempurna.
Kita masih mungkin memahami secara mendalam apa yang namanya matahari, bulan dan semua makhluk ciptaan, tetapi kita tidak mungkin memahami Tuhan secara penuh. Dia adalah yang Maha Mengetahui dan tidak ada suatu pun yang tersembunyi daripada-Nya. Sebagai Tuhan maka tidak bisa dikatakan bahwa ada yang tidak diketahui-Nya. Dia mengetahui setiap noktah yang ada di alam, suatu hal yang tidak mungkin dikuasai manusia. Hanya Dia yang mengetahui kapan sistem ini akan dihancurkan dan menegakkan Penghisaban. Tidak ada seorang pun yang mengetahui saatnya kecuali Dia.
Dia adalah yang Maha Pengasih, yang berarti dengan Rahmat-Nya telah menyedia¬kan sarana pendukung tanpa ada yang memohon, sebelum semua makhluk diciptakan. Contohnya adalah Dia telah menciptakan matahari, bulan dan bumi beserta segala isinya bagi pemanfaatan manusia sebelum ada permohonan dari kita. Karunia ini dalam Kitab Allah disebut sebagai sifat Rahmaniyat dan karena itu Allah yang Maha Kuasa disebut sebagai Ar-Rahman.
Dia mengganjar dengan murah hati amal yang baik dengan imbalan yang melimpah serta tidak akan menyia-nyiakan upaya siapa pun. Untuk itu Dia disebut sebagai Ar-Rahim dan sifat-Nya itu dikenal sebagai Rahimiyat.
Dia-lah yang memiliki di tangan-Nya ganjaran bagi semua orang. Dia tidak mempunyai perwakilan yang ditugaskan untuk mengatur langit dan bumi, atau dikatakan menarik diri dari keseluruhan dan menyerahkan fungsi pemberian ganjaran atau hukuman kepada wakil tersebut.
Dia itu adalah yang Maha Kuasa, Maha Suci dan kekuasaan-Nya tanpa cela apa pun, sedangkan kekuasaan manusia tidak terbebas dari cela. Sebagai contoh, jika rakyat dari seorang raja meninggalkan negerinya untuk berpindah ke tempat lain, maka kekuasaannya itu tidak lagi mempunyai arti. Begitu juga jika rakyatnya terkena bencana kelaparan maka sebagai raja, ia tidak akan bisa lagi memperoleh pendapatan. Atau jika rakyat itu mempertanyakan dasar dari kekuasaannya maka sifat apa dari kekuasaan raja itu yang bisa dikemukakan? Adapun kekuasaan Allah s.w.t. tidak tunduk pada hal-hal seperti itu. Dia dalam sekejap mata bisa menghancurkan seluruh kerajaan dan menciptakan kerajaan yang baru. Kalau Dia bukan sang Maha Kuasa dan Maha Pencipta maka kekuasaan-Nya tidak akan dapat dilaksanakan tanpa kekerasan/¬paksaan, karena misalnya pernah harus memaafkan sekali dan menyelamatkan dunia itu, lalu dari mana Dia akan memperolah dunia lain untuk diperintah? Apakah Dia akan mencengkeram mereka yang telah diselamatkan, lalu membatalkan penyelamatan-Nya secara semena-mena? Kalau demikian keadaannya maka sifat Ketuhanan-Nya akan dipertanyakan dan sebagaimana kekuasaan duniawi maka kekuasaan-Nya itu cacat adanya. Manusia yang membuat hukum di dunia ini selalu berubah seleranya dan seringkali terjerumus kepada tindakan sewenang-wenang jika mereka tidak berhasil mencapai tujuan yang dimaksudnya. Sebagai contoh, misalnya ada undang-undang yang membolehkan bahwa untuk menyelamatkan sebuah kapal, penumpangnya boleh dikorbankan. Tetapi Tuhan tidak akan pernah perlu mengambil tindakan darurat seperti itu. Jika Allah s.w.t. tidak bersifat Maha Kuasa yang mampu menciptakan sesuatu dari ketiadaan, maka Dia akan terpaksa untuk memilih untuk beralih kepada tindakan sewenang-wenang atau sepenuhnya tetap berlaku adil, dan karena harus memilih demikian maka Dia kehilangan sifat Ketuhanan-Nya. Padahal bahtera Tuhan akan tetap berjalan dengan segala kekuatan dan keadilan-Nya.
Allah s.w.t. juga merupakan sumber dari keselamatan, dengan pengertian bahwa Dia sendiri bebas dari semua aib, kesialan dan kesulitan serta berkuasa menganugerahkan keselamatan kepada makhluk ciptaan-Nya. Bila Dia bisa mengalami kesialan, misalnya bisa dibunuh oleh manusia atau digagalkan rencana-Nya, bagaimana mungkin hati manusia bisa merasa aman dan yakin bahwa Tuhan-nya akan mampu menyelamatkan dirinya dari mara bahaya? Tuhan-tuhan palsu diuraikan dalam Al-Qur’an sebagai:

“Sesungguhnya, mereka yang kamu seru selain Allah, mereka tidak sekali-kali dapat membuat lalat walaupun mereka bergabung menjadi satu untuk itu. Dan jika lalat itu menyambar sesuatu dari mereka, niscaya mereka tidak dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Sungguh sangat lemah kedua-duanya, yang mencari dan yang dicari. Mereka tidak dapat memahami sifat-sifat Allah dengan sebenar-benarnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat, Maha Perkasa”. (S.22 Al-Haji:74-75).
Allah s.w.t. memiliki kekuasaan di atas segala kekuasaan dan Dia mengatasi segala-galanya. Tidak ada satu pun yang mampu menangkap atau mencederai-Nya. Mereka yang berpandangan cupat demikian tidak mempunyai perkiraan atas wujud Tuhan dan tidak bisa membayangkan bagaimana dimensi Dia seharusnya.
Selain itu Allah adalah penganugrah kedamaian dan wujud yang memanifestasikan alasan-alasan yang mendukung Keagungan dan Ketauhidan-Nya. Semua ini merupakan indikasi bahwa seorang yang beriman kepada Tuhan yang benar, tidak akan dipermalukan di lingkungan siapa pun atau pun di hadirat Allah s.w.t. sendiri, karena ia memiliki argumentasi yang kuat yang mendukungnya. Berbeda dengan mereka yang beriman kepada dewa-dewa palsu karena mereka ini selalu dalam keadaan risau. Bukannya memakai logika dengan benar, untuk menghindari ditertawakan orang, ia itu cenderung akan menganggap benda-benda mati sebagai suatu yang mistrius, dan dengan demikian ia mencoba menutupi kesalahannya.
Kemudian Dia berfirman:

“..Pelimpah Keamanan, Maha Pelindung, Maha Perkasa, Maha Penakluk, Maha Agung”. (S.59 Al-Hasyr:24).
Selanjutnya Dia menyatakan:

“Dia-lah Allah yang Maha Pencipta, Pembuat segala sesuatu, Pemberi segala bentuk. Kepunyaan Dia-lah segala nama yang terindah.”. (S.59 Al-Hasyr:25).
Allah s.w.t. adalah Penjaga atas segalanya dan Berkuasa di atas semua. Dia yang menata segala sesuatu dengan sempurna dan diagungkan di atas segalanya. Dia adalah Pencipta jasmani dan ruhani. Dia memberikan bentuk pada jasmani sejak masih dari dalam rahim. Segala sebutan yang mulia yang bisa dibayangkan manusia adalah menjadi hak-Nya.
Kemudian Dia berfirman:

“Segala sesuatu di seluruh langit dan bumi menyanjung Dia dan Dia-lah yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana”. (S.59 Al-Hasyr:25).
Semua yang di langit dan di bumi mengagungkan wujud-Nya, yang mengindikasikan bahwa ada kehidupan di planet-planet lain3 dan bahwa para penghuni planet-planet itu hidup mengikuti petunjuk Ilahi.
Kemudian firman-Nya:

“Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu”. (S.2 Al-Baqarah:21).
Dia berkuasa melakukan apa pun yang diinginkan-Nya, dimana hal ini merupakan suatu yang memberikan ketenteraman bagi para penyembah-Nya, karena jika tidak demikian maka tidak ada sesuatu yang bisa diharapkan daripada-Nya. Dia adalah pendukung daripada dunia-dunia, Maha Pengasih, Maha Penyayang dan Tuhan dari Hari Penghisaban. Dia melayani panggilan makhluk yang mencari-Nya, dengan pengertian bahwa Dia mengabulkan doa-doa. Dia adalah yang Maha Abadi dan Maha Pengasuh. Jika Dia tidak bersifat Maha Hidup maka akan ada kekhawatiran bahwa Dia akan mendahului mati sebelum kita. Dia itu sendiri, tidak memiliki bapak dan tidak juga putra, tidak mempunyai sekutu atau pun yang menyamai-Nya. (Islami Usulki Philosophy, sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 10, hal. 372-376, London, 1984).
* * *

Esensi Ajaran Islam© 2014. All Rights Reserved. Template By Seocips.com
SEOCIPS Areasatu Adasenze Tempate Published By K15-Creative TeamKaizen Template