Kemurkaan-Nya mengambil bentuk sebagai mencabut sokongannya kepada mereka yang tidak mau berhenti melakukan dosa. Sejalan dengan kaidah-Nya yang bersifat abadi, Dia akan mengganjar yang bersangkutan sebagaimana manusia memperlakukan yang lainnya jika ia sedang marah. Secara metaforika, hal itu disebut sebagai kemurkaan Allah. Begitu juga kecintaan-Nya tidak sama dengan kecintaan seorang manusia karena manusia akan mengalami nyeri jika ia harus dipisahkan dari yang dicintainya, sedangkan Dia tidak akan mengalami kenyerian tersebut. Kedekatan-Nya juga tidak sama dengan kedekatan antar manusia, karena jika seseorang mendekati seorang lainnya maka ia akan meninggalkan ruang yang sebelumnya ia tempati. Namun Tuhan meskipun dikatakan dekat sebenarnya jauh dan meskipun jauh tetapi sebenarnya dekat. Pendek kata, semua sifat Ilahi itu berbeda dengan sifat manusia. Yang ada hanyalah kemiripan verbal saja, tidak lebih. Karena itulah dalam Al-Qur’an dinyatakan:
“Tiada sesuatu apa pun seperti Dia”. (S.42 Asy-Sura:12).
Dengan kata lain, tidak ada sesuatu apa pun yang mendekati Allah s.w.t. dalam Wujud atau pun sifat-sifat-Nya.
(Chasma Marifat, Qadian, Anwar Ahmadiyyah Press, 1908; sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 23, hal. 272-276, London, 1984).
* * *
“Tiada sesuatu apa pun seperti Dia”. (S.42 Asy-Sura:12).
Dengan kata lain, tidak ada sesuatu apa pun yang mendekati Allah s.w.t. dalam Wujud atau pun sifat-sifat-Nya.
(Chasma Marifat, Qadian, Anwar Ahmadiyyah Press, 1908; sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 23, hal. 272-276, London, 1984).
* * *