Iklan

Hukum alam dari Tuhan dan norma-norma alamiah yang sudah ada sejak penciptaan manusia, mengajarkan kepada kita bahwa untuk menciptakan hubungan yang erat dengan Tuhan diperlukan pengalaman mengenai sifat Maha Penyayang dan Maha Indah dari Allah s.w.t. Yang dimaksud dengan sifat Maha Penyayang adalah contoh-contoh dari sifat akhlak Allah yang Maha Kuasa yang pernah dialami manusia dalam dirinya sendiri.

Sebagai contoh, Allah telah menjadi Penjaga-nya ketika ia sedang tidak berdaya, lemah dan yatim. Atau Tuhan telah memenuhi kebutuhannya ketika sedang kekurangan, atau bisa jadi Allah s.w.t. telah melipurnya pada saat sedang dilanda kesedihan. Bisa jadi Tuhan telah membimbingnya tanpa perantara seorang guru atau pengajar dalam pencahariannya di jalan Allah s.w.t.
Yang dimaksud dengan Keindahan-Nya adalah sifat-sifat yang muncul dalam kemasan kasih sayang, seperti sifat-Nya yang Maha Sempurna, Maha Lembut, Maha Pengasih atau Rahimiyat, atau sifat Rabubiyat-Nya yang umum dan semua karunia yang bisa dinikmati manusia untuk kenyamanan mereka. Di samping itu adalah pengetahuan milik-Nya yang dikucurkan melalui para Rasul-Nya agar manusia bisa menyelamatkan dirinya dari kematian dan kemudharatan. Begitu juga dengan sifat-Nya yang Maha Mendengar permohonan doa mereka yang sedang gelisah dan lelah. Begitu pula kecenderungan-Nya kepada mereka yang cenderung kepada-Nya. Semua ini terangkum dalam Keindahan Tuhan. Berkat pengalamannya atas sifat-sifat Ilahi demikian, seseorang memperoleh peneguhan keimanan dimana jiwanya menjadi tertarik kepada Allah s.w.t. sebagaimana besi tertarik oleh magnit. Kecintaan manusia itu kepada Tuhan-nya menjadi berlipat ganda dan keimanannya menjadi jauh lebih kuat. Memperhatikan bahwa semua kemaslahatan dirinya adalah bersama Tuhan maka harapannya kepada Tuhan menjadi bertambah kuat dan ia akan menjadi lebih cenderung lagi kepada-Nya serta menggantungkan diri sepenuhnya kepada Tuhan dalam segala hal dan setiap saat. Ia merasa pasti akan berhasil karena ia telah merasakan sendiri banyak contoh dari rahmat, berkat dan kemurahan hati Ilahi. Ibadahnya akan bersumber pada kekuasaan dan keyakinan sehingga keteguhan hatinya menjadi mantap.

Setelah menyadari karunia dan berkat Ilahi maka nur keyakinan secara gencar merasuki kalbunya dimana perasaan egonya lalu menjadi sirna. Berkat renungan berulangkali dari kebesaran dan kekuasaan Tuhan, hatinya telah menjadi Rumah Allah. Sebagaimana nyawa tidak meninggalkan diri manusia selama yang bersangkutan masih hidup, begitu juga keyakinan akan Tuhan yang Maha Kuasa, Maha Agung, yang masuk ke dalam hatinya tidak akan pernah lagi meninggalkannya. Jiwanya yang suci bergolak sepanjang waktu di dalam dirinya dan ia berbicara hanya di bawah petunjuk jiwanya itu. Kebenaran dan wawasan mengalir dari dirinya sedangkan tenda Allah yang Maha Agung dan Maha Luhur selalu tegak di dalam hatinya. Kegembiraan karena keyakinan, ketulusan dan kecintaan mengalir di seluruh tubuhnya seolah air yang menghidupi seluruh anggota tubuh. Sinar mata dan keningnya mencerminkan kecemerlangan nur Ilahi.
Penampilannya gemilang seolah-olah baru habis dibasuh dengan hujan rahmat Ilahi sedangkan lidahnya menjadi ikut disegarkan. Semua anggota tubuhnya memancar terang seperti hujan musim semi yang menyegarkan cabang, daun dan bunga-bunga serta buah pepohonan. Tubuh mereka yang belum pernah didatangi ruh seperti ini sama saja seperti sebuah bangkai. Kesegaran dan kegembiraan yang ditimbulkan tidak dapat diuraikan dengan kata-kata dan tak akan pernah bisa dicapai oleh kalbu yang mati yang belum pernah disegarkan oleh sumber nur dan keyakinan. Bahkan kalbu demikian itu berbau busuk. Adapun mereka yang telah memperoleh karunia nur ini dan di dalam kalbunya telah mengalir sumber mata air nur, maka ia akan menerima kuasa Allah s.w.t. dalam segala kata dan perbuatannya setiap saat dan dalam semua keadaan. Semua itu menjadi kegembiraan serta kenyamanan baginya dan ia tidak bisa hidup tanpa hal itu.
(Review of Religions-Urdu, vol. I, hal. 186-187).
* * *
Pujian yang sempurna disampaikan bagi dua bentuk sifat keagungan yaitu Maha Indah dan Maha Penyayang. Jika manusia pernah mengalami kedua keagungan tersebut maka hatinya akan jatuh cinta kepada Wujud-Nya. Tugas utama dari Kitab Suci Al-Qur’an adalah memperlihatkan kedua bentuk keagungan Ilahi tersebut agar manusia tertarik kepada Wujud yang Tunggal dan tanpa sekutu tersebut serta menyembah-Nya dengan hati yang suka.
Untuk tujuan itu maka di awal Surat dikemukakan keagungan Allah s.w.t. yang mengundang manusia yaitu dengan ungkapan Alhamdulillah yang berarti bahwa semua puji-pujian adalah bagi Wujud yang bernama Allah. Dalam istilah Al-Qur’an, Allah adalah nama dari Wujud yang Keagungan-Nya telah mencapai kesempurnaan keindahan dan sifat penyayang serta tidak mempunyai cacat cela. Kitab Suci Al-Qur’an mengemukakan nama Allah beserta semua sifat-sifat-Nya dan hal ini merupakan indikasi bahwa Allah merangkum segala sifat sempurna dalam Wujud-Nya.
Karena Dia mencakup seluruh keagungan maka sifat Maha Indah-Nya menjadi jelas dengan sendirinya. Karena keindahan-Nya itulah maka Dia diberi nama Nur di dalam Al-Qur’an sebagaimana dikatakan:

“Allah adalah Nur seluruh langit dan bumi”. (S.24 An-Nur:36).
Sinar lainnya merupakan refleksi dari Nur-Nya tersebut.
* * *



Esensi Ajaran Islam© 2014. All Rights Reserved. Template By Seocips.com
SEOCIPS Areasatu Adasenze Tempate Published By K15-Creative TeamKaizen Template