Iklan

Allah yang Maha Kuasa memiliki berbagai sifat keagungan yang menggambar¬kan kasih sayang, dimana yang pokok ada empat. Dalam urutan alamiahnya, sifat yang pertama sebagaimana dikemukakan dalam Surat Al-Fatihah adalah Rabbul Alamiin. Yang dimaksud adalah sifat Rabubiyat Allah s.w.t. yang berkaitan dengan penciptaan dan penyempurnaan alam dan sifat ini berfungsi sepanjang waktu.

Dunia langit, dunia bumi, dunia jasmani, dunia ruhani, dunia flora dan fauna, dunia mineral dan berbagai dunia lainnya, dihidupkan oleh sifat Rabubiyat tersebut. Dunia yang dilalui manusia sebelum ia berbentuk sperma, sampai dengan ajalnya nanti atau sampai ia tiba pada kehidupan kedua, semuanya itu dihidupkan oleh sumber mata air Rabubiyat. Sifat Rabubiyat Ilahi karena mencakup seluruh ruhani, jasmani, fauna, flora, mineral dan lain-lain itu maka disebut sebagai sifat yang berlaku umum karena semua hal menerima rahmat-Nya dan bisa berwujud karena sifat tersebut. Meskipun sifat Rabubiyat Ilahi menjadi asal muasal dari segala hal yang mewujud serta menghidupi dan memeliharanya, namun yang paling menikmati manfaatnya adalah manusia karena manusia bisa mengambil manfaat dari seluruh ciptaan yang ada. Karena itu manusia diingatkan bahwa Tuhan-nya adalah Rabbul Alamiin agar ia menyadari bahwa kekuasaan Allah yang Maha Perkasa itu amatlah luas dan bagi kepentingan manusia karena itu Dia mewujudkan segala hal yang diperlukan sebagai sumberdaya.

Keagungan yang kedua dari Allah yang Maha Kuasa adalah sifat pengasih-Nya yang juga bersifat umum dan diberi nama Rahmaniyat, dan karena itu maka Allah disebut sebagai Ar-Rahman dalam Surat Al-Fatihah. Dalam istilah Kitab Suci Al-Qur’an, Tuhan yang Maha Perkasa disebut sebagai Ar-Rahman karena Dia menganugrahi karunia berupa bentuk tubuh dan sifat-sifat yang sesuai kepada segala makhluk hidup, termasuk manusia. Dengan kata lain, manusia telah dikaruniai semua kemampuan dan kekuatan serta bentuk dan anggota tubuh yang diperlukan untuk kehidupan yang akan ditempuhnya. Apa pun yang diperlukan bagi kelangsungan hidupnya telah disediakan. Burung, hewan dan manusia telah diberikan kekuasaan yang cocok bagi spesinya masing-masing. Beribu tahun sebelum mereka itu mewujud6 di muka bumi, Allah s.w.t. dengan sifat Rahmaniyat-Nya telah menciptakan benda-benda langit dan bumi agar nanti semua makhluk hidup bisa terpelihara. Tidak ada tindakan atau amalan siapa pun yang diperlukan atau dikaitkan dengan sifat Rahmaniyat Allah s.w.t. Semua itu semata-mata merupakan rahmat yang sudah ada sebelum makhluk hidup muncul di muka bumi. Manusia merupakan penerima berkat paling utama dari sifat Rahmaniyat ini karena semuanya memang disediakan baginya. Karena itulah manusia selalu diingatkan bahwa Allah itu adalah Ar-Rahman.
Keagungan yang ketiga dari Allah yang Maha Perkasa adalah sifat Rahimiyat dan karena itu Allah disebut sebagai Ar-Rahim dalam Surat Al-Fatihah. Dalam istilah Al-Qur’an, Tuhan disebut sebagai Ar-Rahim karena sifat-Nya yang mendengar permohonan doa dan sujud serta amal ibadah orang-orang muttaqi dimana Dia akan menjaga mereka dari bencana, petaka dan kesia-siaan usaha. Rahmat ini dianggap sebagai rahmat yang bersifat khusus dan hanya terbatas bagi umat manusia saja karena makhluk dan benda lainnya tidak mempunyai kemampuan ibadah dan berdoa serta melakukan amal saleh. Manusia adalah hewan yang bisa berartikulasi dan karena itu bisa menjadi penerima rahmat Ilahi melalui kemampuannya berbicara. Karena itu kelihatannya beribadah merupakan kemampuan khusus manusia yang menjadi bagian yang inheren dalam sifat alamiah manusia.
Manusia memperoleh rahmat dari sifat-sifat Rahimiyat Ilahi sebagaimana juga ia mendapat rahmat dari sifat Rabubiyat dan Rahmaniyat-Nya. Bedanya hanyalah karena untuk sifat Rabubiyat dan Rahmaniyat, ia tidak perlu memohon secara khusus karena sifat-sifat tersebut tidak terbatas hanya bagi manusia. Sifat Rahmaniyat bahkan mencakup semua makhluk hidup selain manusia, sedangkan sifat Rabubiyat juga mencakup ciptaan benda-benda tidak bernyawa tanpa ada yang dikecualikan. Adapun sifat Rahimiyat merupakan hal yang hanya berkaitan dengan manusia layaknya jubah kehormatan yang bersifat khusus. Kalau manusia tidak bisa memanfaatkan rahmat dari sifat ini maka sama seperti ia itu menurunkan harkat dirinya ke tingkat hewan atau bahkan benda mati.
Karena fungsi sifat Rahimiyat terbatas hanya bagi manusia dan diperlukan ibadah persujudan untuk menggerakannya, disini menjadi jelas bahwa ada jenis rahmat Ilahi yang tergantung kepada ibadah dan tak mungkin tanpa ibadah. Inilah jalan Allah s.w.t. dan merupakan kaidah yang pasti yang tidak bisa ditawar. Karena itulah semua Nabi berdoa bagi umatnya. Kitab Taurat menjelaskan betapa seringnya Bani Israil membuat murka Allah s.w.t. sehingga mereka akan dihukum tetapi kemudian dihindarkan berkat doa dan persujudan Nabi Musa a.s. meskipun berapa kali sudah Tuhan menyatakan akan menghancurkan bangsa itu.
Semua itu menunjukkan bahwa tidak ada doa yang akan sia-sia dan ini adalah ibadah yang pasti menghasilkan berkat. Jika ada yang meragukan adalah karena mereka tidak bisa memahami Tuhan sebagaimana harusnya, karena tidak merenungi firman-firman Allah s.w.t. dan juga karena mereka tidak memahami hukum alam. Sesungguhnya rahmat itu pasti turun untuk memenuhi permohonan manusia dan mengaruniakan keselamatan atas kita. Adalah berkat sifat Rahimiyat maka manusia mengalami kemajuan. Melalui sifat inilah manusia mencapai tingkatan Wilayat dimana ia meyakini Allah yang Maha Kuasa seolah bisa melihat Wujud-Nya secara langsung. Bantuan doa juga tergantung pada sifat Rahimiyat. Adalah sifat Rahimiyat Ilahi itulah yang menuntut orang-orang yang saleh untuk mendoakan orang-orang jahat.

Sifat keempat dari Allah yang Maha Perkasa yang sepatutnya dianggap sebagai sifat yang amat khusus yaitu Malikiyat Yaumiddin, sehingga karenanya Allah disebut juga di Surat Al-Fatihah sebagai Maliki Yaumiddin. Perbedaan sifat ini dengan sifat Rahimiyat ialah dengan sifat Rahimiyat manusia memperoleh harkat nilai sebagai hasil dari doa dan ibadahnya, sedangkan melalui sifat Malikiyat maka orang itu memperoleh ganjarannya. Melalui sifat Rahimiyat, seseorang bisa berhasil dalam suatu masalah seperti misalnya lulus ujian bagi seorang siswa, namun untuk mendapatkan tingkatan atau jabatan menurut materi ujian tersebut ditentukan melalui sifat Malikiyat. Kedua sifat ini mengindikasikan bahwa sifat Rahimiyat bisa dicapai karena kasih Allah sedangkan karunia Malikiyat dicapai berkat keridhoan Allah yang Maha Kuasa. Sifat Malikiyat akan mewujud secara sempurna dan dalam skala besar nanti di akhirat, walau pun di dunia ini keempat sifat Ilahi tersebut bisa mewujud juga. (Ayyamus Sulh, Qadian, Ziaul Islam Press, 1899; sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 14, hal. 247-251, London, 1984).



Esensi Ajaran Islam© 2014. All Rights Reserved. Template By Seocips.com
SEOCIPS Areasatu Adasenze Tempate Published By K15-Creative TeamKaizen Template