Dengan
kehadiran semua kitab dan ajaran itu, masihkah dunia memerlukan sebuah kitab
yang baru? Pertanyaan ini akan timbul dalam hati setiap orang yang mulai
menelaah Al-Qur’an. Jawabannya akan berbagai-bagai bentuknya.
Pertama, bukankah perpecahan
di antara agama-agama itu menjadi alasan yang cukup untuk kemunculan seuatu
agama baru lagi untuk mempersatukan semuanya?
Kedua, tidakkah pikiran
manusia akan menempuh proses evolusi serupa dengan yang sudah dilalui oleh
jasad manusia?
Dan,
persis sebagaimana evolusi jasmani yang akhirnya menjadi sempurna, tidakkah
evolusi alam pikiran dan rohani ditakdirkan menuju kepada kesempurnaan akhir
yang merupakan tujuan hakiki kejadian manusia?
Ketiga, tidakkah
kitab-kitab yang datang lebih dahulu menjadi demikian rusaknya sehingga kini
suatu kitab baru sudah menjadi keperluan universal yang dipenuhi oleh Al-Qur’an
?
Keempat, adakah tiap agama
yang datang lebih dahulu menganggap ajarannya sebagai mutlak terakhir sekali?
Bukankah agama-agama itu percaya kepada kemajuan rohani yang berkesinambungan?
Bukankah tiap agama selalu meyakinkan para pengikutnya tentang kedatangan suatu
ajaran yang akan mempersatukan ummat manusia dan memimpin mereka kepada tujuan
mereka yang terakhir?
Jawaban
terhadap keempat pertanyaan ini ialah jawaban terhadap pertanyaan mengenai
perlunya Al-Qur’an di samping kitab-kitab dan ajaran-ajaran agama yang datang
lebih dahulu.